sragen, 16 agustus 2013
pagi tadi, darah dan urine ku di ambil. waktu mau pulang, dapat sms dari sayang. huaaa sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar, tidur, membenamkan diri di tempat tidur. aku menangis menahan suara.
tau-tau ibuk membuka pintu bertanya udah makan belum,, karena aku kaget, aku menoleh tanpa sempat mengusap air mataku. aku langsung berpaling lagi takut ketahuan habis menangis. aku pikir ibuk bakalan ngomel-ngomel menyuruhku segera makan, eh tapi enggak. ibuk langsung keluar dan menutup pintu kamarku. perasaanku gak enak, aku yakin tadi ibuk melihatku menangis,. tapi kok tumben ibuk anteng-anteng saja.
beberapa menit kemudian, ibuk memanggilku. aku diam saja tak bergeming. kalau aku datang, akan semakin jelas mataku sembab. malu. tapi ibuk memanggilku lagi, mendesak. aku usap mataku, datang dengan malas.
ibuk sedang duduk di depan bufet dokumen. memegang berkas hijau lumut ersegi panjang. bentuknya seperti kartu tagihan SPP jaman SMA tapi panjangnya mencapai 25 cm. ibuk mengeluarkan kertas di dalamnya, membuka halaman pertama lalu menyerahkannya padaku sembari berkata “jangan suka menangis ya mbaaakkk”…
tanganku gemetar. ini, rapor taman kanak-kanakku. di caturwulan pertama tertulis “belajar terus sayang, dan jangan suka menangis”. huuhuhuhuhuhuhuhuhu,.. terharu. sumpah terharu.
waktu itu aku masih 3.5tahun. kata ibukku aku dulu cengeng dan ngompolan. aku nyengir. aku membalik raporku lagi, ada fotoku. wuduuuhhh wajahku unyuuuu banget. pasti anakku besok juga unyu. matanya cantik seperti mataku. huaahahhaha aku besok kudu punya anak perempuan. kudu. apalagi sekarang aku sudah pintar menguncir rambut anak-anak. eh, tapi bukannya anak perempuan itu biasanya mirip ayahnya ya? um,, mungkin anakku besok matanya sipit, kayak ayahnya hahhhaha #aduhgaknyambung
worteline 